A.
Pengertian
Modernisasi
Sebelum
menjelaskan lebih jauh sebelumnya kelompok kami akan membahas lebih dahulu
pengertian modernisasi. Modernisasi diartikan sebagai perubahan -perubahan
masyarakat yang bergerak dari keadaan yang tradisional atau dari masyarakat pra
modern menuju kepada suatu masyarakat yang modern.
Misi utama Muhammadiyah adalah
pembaharuan (tajid) pemahaman agama .pembaharuan dalam arti modernisasi ialah
bila tajid itu sasarannya mengenai masalah metode ,sistem,teknik
,strategi,taktik perjuangan dll yang sebangsa itu sifatnya berubah ubah
disesuaikan dengan situasi dan kondisi /ruang dan waktu .
B.
Latar
Belakang munculnya pembaharuan modernisasi dunia pendidikan islam
Umat Islam di Indonesia sudah sejak
lama memiliki lembaga pendidikan yang spesifik Agama yaitu Pesantren. Namun
demikian perlu diakui bahwa penyelenggaraan pendidikan Agama model pesantren
tersebut nampaknya sampai menjelang Abad ke-20 boleh dikatakan tidak ada
pengembangan sistem sama sekali. Katakanlah, penyelenggaraan pendidikan agama
di pesantren berlangsung tidak ada perubahan apapun.
Substansi Keilmuan yang dipelajari di
pesantren sama sekali tidak bergeser dari pelajaran keagamaan semata-mata
“Pelajaran Agama” yang dimaksud disini adalah membaca Al-Quran, Mempelajari
kitab dan pembinaan dalam mengamalkan dan menghayati keberagaman islam. Ilmu
dari kriteria diatas dianggap “bukan ilmu Agama” melainkan dianggap sebagai
ilmu Umum , ilmu duniawi, bahkan Ilmu kafir. Karena itu ilmu-ilmu di pesantren
tidak berkembang, terutama kalau dikaitkan dengan kebutuhan nyata dalam
kehidupan sehari-hari yang menyangkut kemajuan ekonomi, politik, kebudayaan,
pertahanan dan sebagainya.
Sistem pendidikan di pesantren juga
tidak ada kemajuan , apalagi inovasi. Di Pesantren hanya dikenal pengajaran
secara Halaqah, yaitu pemberian pelajaran secara berkelompok dengan cara para
santri duduk melingkari tempat duduk kyai, dalam proses belajar itu sering
disebut bandongan, sorongan dan wetonan. Dalam Bandongan, seorang santri membaca kitab yang dipilih sendiri didepan seorang kyai. Sorongan
merupakan cara belajar yang dilakukan santri dengan mengajukan sebuah kitab
yang dipilih sendiri oleh si santri untuk dikaji didepan kyai, serta wetonan
yaitu pengkajian kitab tertentu yang dipilih sendiri oleh para kyai pada
bulan-bulan tertentu atau untuk di tujukan kepada santri tertentu yang dianggap
sebagai santri pilihan yang layak mendapat tambahan pengetahuan agar lebih maju
kemampuannya dibandingkan dengan rata-rata santri yang ada.
Tujuan pembelajaran setelah melihat
pembahasan diatas tidak berubah, bahkan literature yang dipelajari juga tidak
berubah, baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Sehingga kesimpulan yang dapat diambil
merupakan latar belakang munculnya pembaharuan modernisasi dunia pendidikan
islam yaitu:
·
Pertama, pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dimulai dari
kegelisahan banyak tokoh pendidikan Islam terhadap kaum muslimin yang sangat
terbelakang, khususnya di bidang pendidikan, di mana wawasan intelektual
menjadi semakin sempit dan pelajaran hanya pada masalah teologi.
·
Kedua, pembaharuan pendidikan Islam juga muncul ketika ada
masalah antara sekolah formal dengan sekolah informal. Sekolah formal pada masa kolonila
Belanda adalah sekolah bentukan pemerintah Belanda. Diluar sekolah formal ada
pesantren, dayah, surau dan nggon ngaji yang merupakan tempat belajar membaca
Al-Quran yang bertempat di rumah-rumah penduduk.
·
Ketiga, ketika pendidikan Barat tidak bersifat netral.
Pendidikan Barat yang diselenggarakan oelh pihak zending dalam permulaan abag
19 sarat dengan misi penginjilan. Juga munculnya kristenisasi lewat pendirian
sekolah modern Barat.
·
Keempat, adanya perjumpaan tokoh-tokoh pembaharu pendidikan
Islam dengan tokoh-tokoh “nasionalis” sekuler maupun “nasionalis” religius yang
dari perjumpaan tersebut mereka mempunyai angan-angan yang sama untuk bahu
membahu dalam memerdekakan Indonesia. Kerja diantara mereka itu dimulai dengan
membangun atau mengadakan pembaharuan pendidikan, baik pendidikan agama maupun
pendidikan umum.
C.
Sejarah
Gerakan modernisasi pembaharuan dunia pendidikan islam oleh Muhammadiyah
Diawali
dengan terjadinya gerakan pembaharuan dunia pendidikan islam pertama di Indonesia oleh tokoh muhamadiyah yaitu KH Ahmad dahlan.
Cita-cita pendidikan yang digagas Kyai Dahlan adalah lahirnya manusia-manusia
baru yang mampu tampil sebagai “ulama-intelek” atau “intelek-ulama”, yaitu
seorang muslim yang memiliki keteguhan iman dan ilmu yang luas, kuat jasmani
dan rohani. Di masa tahun 1908-1909 Ahmad Dahlan mendirikan
sekolah, yakni Madrasah Ibtidaiyah (SD) dan Madrasah Diniyyah di rumahnya.
Sekolah ini dikelola secara modern dengan menggunakan metode dan kurikulum
baru; antara lain diajarkan berbagai ilmu pengetahuan yang sedang berlangsung
di abad 20, juga penggunaan kursi, bangku serta kelas yang pada waktu itu masih
dianggap asing.
Ia sangat terkesan pada model pendidikan dari kolonial
Belanda. Akhirnya ia merancang pendidikan Islam model sekolah kolonial, di mana
ada penjenjangan kelas, kurikulum yang jelas dan adanya seragam sekolah.
Sebagai guru di sekolah Islam, Ahmad Dahlan menjadikan model “sekolah dasar
Belanda dengan Bibel” dijadikan “sekolah dasar Belanda dengan Al-Quran” hal ini
dilakukan Ahmad Dahlan sebagai suatu ijtihad dalam melihat suatu realitas
sosial.
Salah satu usahanya dalam memajukan pendidikan Islam
adalah usahanya memperbaharui sistem pendidikan yang dualistis, yaitu antara
ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum. Ia harus menyatukan sistem pendidikan
Barat yang lebih mengutamakan dan mengembangkan aspek intelektual, dan sistem
pendidikan Islam yang kurang mengembangkan aspek intelektual.
Muhammadiyah didirikan oleh K.H
Achmad Dahlan pada Tanggal 8 dzulhijjah 1330 H. bertepatan dengan tanggal 18
November 1912 Miladiyah. Faktor Faktor yang mendorong K.H. Achmad Dahlan
mendirikan Muhammadiyah antara lain:
1. Ajaran
Islam diajarkan secara tidak murni bersumberkan Al-Qur’an dan Al-Hadits, tetapi
tercampur dari perbuatan Syirik, bid’ah dan Kurafat
2. Lembaga-lembaga
pendidikan islam tidak dapat memenuhi tuntutan zaman, akibat dari terlampau
mengisolir diri dari pengaruh luar.
3. Keadaan
umat yang sangat menyedihkan dalam bidang social, ekonomi, politik, cultural
akibat adanya penjajahan. (Amien Rais dkk, 1985:13)
Selanjutnya dalam Anggaran Dasar
Muhammadiyah Bab II pasal 3 dikemukakan maksud dan tujuan Muhammadiyah yaitu “
Menegakkan dan menjunjung tinggi Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya”(Tujuan tersebut telah dirubah dalam
muktamar ke- 41 di Surakarta) (Pimpinan Pusat Muhammadiyah 1974
:8) dapat diperinci sebagai berikut:
1. Mengembalikan
amal dan perjuangan Umat pada sumber Qur’an dan Hadits bersih dari bid’ah dan
kurafat.
2. Menafsirkan
ajaran-ajaran Islam secara modern.
3. Memperbaharui
sistem pendidikan Islam secara modern sesuai dengan kehendak dan kemajuan
zaman.
4. Membebaskan
umat dan ikatan-ikatan tradisionalisme, konservatisme, taqlidisme dan
formalisme yang membelenggu kehidupan umat (Amien Rais dkk, 1985: 13).
Muhammadiyah sebagai gerakan dalam
mengikuti perkembangan dan perubahan itu senantiasa mempunyai kepentingan untuk
melaksanakan Amal Ma’ruf nahi Mungkar serta menyelenggarakan gerakan dan amal
usaha yang sesuai dengan lapangan yang dipilihnya, ialah masyarakat, sebagai
Usaha Muhammadiyah untuk mencapai tujuan tersebut diatas.
Salah satu amal usaha yang
dikembangkan oleh Muhammadiyah dalam bergerak meraih tujuannya ialah memajukan
dan memperbaharuhi pendidikan, pengajaran dan kebudayaan serta memperluas ilmu
pengetahuan menurut tuntunan islam. Muhammadiyah mengadakan pembaharuan
pendidikan agama dengan jalan modernisasi dalam sistem pendidikan ,menukar
sistem pondok dan pesantren dengan sistem pendidikan yang modern yang sesuai dengan tuntutan
kehendak jaman .Muhammadiyah mendirikan sekolah sekolah yang khas agama dan
bersifat umum dari taman kanak kanak hingga perguruan tinggi .mengajarkan agama
dengan cara mudah difahami,didaktis dan pedagois selalu menjadi pemikiran dalam
Muhammadiyah.
Ciri Khas pendidikan Muhammadiyah
yaitu beridentitas Islam. Dasar pendidikan Muhammadiyah ialah Islam yang
besumber dari Al-Qur’an dan sunah Rasul serta tujuan pendidikan Muhammadiyah
adalah terwujudnya manusia muslim. Yang diharapkan Muhammadiyah adalah bahwa
sekolah muhammadiyah mencerminkan pendidikan islam sebagai yang dicita-citakan
yaitu melaksanakan semua komponen pendidikan islam yang mantap dan terpadu.
Guru dan anak didik menghayati dan mengamalkan cara hidup, cara bergaul, cara
belajar dan sebagainya sesuai dengan Islam , baik di sekolah maupun diluar
sekolah. Yang membedakan sekolah Muhammadiyah dengan sekolah yang bukan
Muhammadiyah ialah bahwa sekolah Muhammadiyah melaksanakan pendidikan Agama
Islam yang luas dan mendalam meliputi Tauhid, Ibadah, Akhlak, dan ilmu pembantu
dalam pendidikan islam serta Kemuhammadiyahan.
D.
Upaya
Memajukan Pendidikan Muhammadiyah
Didalam anggaran Dasar Muhammadiyah
pasal 4 butir c ditegaskan bahwa untuk mencapai maksud dan tujuan persyarikatan
Muhammadiyah maka Muhammadiyah berusaha “Memajukan dan memperbaharui pendidikan
pengajaran dan kebudayaan serta memperluas ilmu pengetahuan menurut tuntunan
Islam” (PP Muhammadiyah 1974:8). Beberapa Upaya yang dapat dilakukan yaitu:
1. Reorientasi
pendidikan dari pendidikan Muhammadiyah kepada nilai-nilai ke-Islaman dengan
ruhul tajdidnya. Peneguhan kembali komitmen terhadap upaya tajdid atau
reformasi yang berupaya pemurnian ajaran islam dengan mengembalikan kepada
sumber yang murni merupakan upaya yang perlu kita sukseskan.
2. Menciptakan
suatu lingkungan pendidikan yang memungkinkan interaksi yang intensif antara
murid, guru dan masyarakat dengan penghayatan dan pengamalan ajaran islam dalam
kehidupan sehari-hari. Interaksi antara murid, guru, dan masyarakat sangat
penting artinya untuk pengembangan pendidikan muhammadiyah.
3. Berhubung
guru-guru sekolah/dosen perguruan tinggi Muhammadiyah adalah pemegang kunci
keberhasilan pendidikan Muhammadiyah maka guru sekolah atau dosen perguruan
tinggi diusahakan agar lebih memahami dan mengamalkan ke Muhammadiyahan.
E.
Kesimpulan
Pendidikan model Barat tidak dapat dipungkiri membawa
pengaruh terhadap pembaharuan pendidikan Islam. Kasus Ahmad Dahlan dan Wahab
Khasbullah dapat menjadi contoh bagaimana modernisasi pendidikan lewat model Barat
membawa konsekuensi perubahan pendidikan Islam di Indonesia
Kita juga tidak dapat menafikkan bagaimana para pembaharu
pendidikan Islam ini dalam mendirikan sekolah-sekolah, mereka tidak melupakan usaha-usaha untuk menuju kemerdekaan Indonesia. Sosok
Ahmad Dahlan dan Wahab Khasbullah adalah contoh figur-figur di kalangan santri
yang sangat getol untuk memperjuangkan kemerdekaan lewat sekolah dan organisasi yang mereka
dirikan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Tim
Pembina AIK UMM. 1990. Muhammadiyah,Sejarah Pemikiran dan Amal Usaha. Pusat
Dokumentasi dan publikasi UMM. Malang
2. Mohammad
Damami, MA. 2000. Akar Gerakan Muhammadiyah. Fajar Pustaka Baru. Yogyakarta.
3. Internet
Download. Modernisasi Islam di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar