1. ALIRAN POSITIVISME
Positivisme
merupakan aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber
pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik.
Tidak mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris.
Sesungguhnya aliran ini menolak adanya spekulasi teoritis sebagai suatu sarana
untuk memperoleh pengetahuan (seperti yang diusung oleh kaum idealisme
khususnya idealisme Jerman Klasik).
Positivisme
merupakan empirisme, yang dalam segi-segi tertentu sampai kepada kesimpulan
logis ekstrim karena pengetahuan apa saja merupakan pengetahuan empiris dalam
satu atau lain bentuk, maka tidak ada spekulasi dapat menjadi pengetahuan
Tokoh tokoh yang menganut aliran
ini terbagi minjadi tiga tahap yaitu:
1. Tempat
utama dalam positivisme pertama diberikan pada Sosiologi, walaupun perhatiannya
juga diberikan pada teori pengetahuan yang diungkapkan oleh Comte dan tentang
Logika yang dikemukakan oleh Mill. Tokoh-tokohnya Auguste Comte, E. Littre, P.
Laffitte, JS. Mill dan Spencer.
2. Munculnya
tahap kedua dalam positivisme – empirio-positivisme – berawal pada tahun
1870-1890-an dan berpautan dengan Mach dan Avenarius. Keduanya meninggalkan
pengetahuan formal tentang obyek-obyek nyata obyektif, yang merupakan suatu
ciri positivisme awal. Dalam Machisme, masalah-masalah pengenalan ditafsirkan
dari sudut pandang psikologisme ekstrim, yang bergabung dengan subyektivisme.
3. Perkembangan
positivisme tahap terakhir berkaitan dengan lingkaran Wina dengan
tokoh-tokohnya O.Neurath, Carnap, Schlick, Frank, dan lain-lain. Serta kelompok
yang turut berpengaruh pada perkembangan tahap ketiga ini adalah Masyarakat
Filsafat Ilmiah Berlin. Kedua kelompok ini menggabungkan sejumlah aliran
seperti atomisme logis, positivisme logis, serta semantika. Pokok bahasan
positivisme tahap ketiga ini diantaranya tentang bahasa, logika simbolis,
struktur penyelidikan ilmiah dan lain-lain.
Contoh
dalam aliran ini adalah Legal-positivism memandang perlu untuk memisahkan secara
tegas antara hukum dan moral. Hukum. bercirikan rasionalistik, teknosentrik,
dan universal. Dalam kaca mata positivisme tidak ada hukum kecuali perintah
penguasa, bahkan aliran positivis legalisme menganggap bahwa hukum identik
dengan undangundang. Hukum dipahami dalam perspektif yang rasional dan logik.
Keadilan hukum bersifat formal dan prosedural. Sebagai contoh kasus misalnya
(1) Vonis bebas sama sekali terhadap Adlin Lis (pembalak hutan) oleh Pengadilan
Negeri Medan dan (2) Vonis Majelis Hakim pada tingkat kasasi terhadap
Pollycarpus yang menyatakan Pollycarpus tidak terbukti melakukan pembunuhan
terhadap Munir sehingga hanya dipersalahkan memalsukan surat.
2.
ALIRAN NATURALISME
NATURALISME
merupakan teori yang menerima “nature” (alam) sebagai keseluruhan realitas.
Istilah “nature” telah dipakai dalam filsafat dengan bermacam-macam arti, mulai
dari dunia fisik yang dapat dilihat oleh manusia, sampai kepada sistem total
dari fenomena ruang dan waktu. Natura adalah dunia yang diungkapkan kepada kita
oleh sains alam. Istilah naturalisme adalah sebaliknya dari istilah
supernaturalisme yang mengandung pandangan dualistik terhadap alam dengan
adanya kekuatan yang ada (wujud) di atas atau di luar alam ( Harold H. Titus
e.al. 1984)
Aliran filsafat naturalisme lahir sebagai reaksi terhadap
aliran filasafat pendidikan Aristotalian-Thomistik. Naturalisme lahir pada abad
ke 17 dan mengalami perkembangan pada abad ke 18. Naturalisme berkembang dengan
cepat di bidang sains. Ia berpandangan bahwa “Learned heavily on the knowledge
reported by man’s sense”
Secara definitif
naturalisme berasal dari kata “nature.” Kadang pendefinisikan “nature” hanya
dalam makna dunia material saja, sesuatu selain fisik secara otomatis menjadi
“supranatural.” Tetapi dalam realita, alam terdiri dari alam material dan alam
spiritual, masing-masing dengan hukumnya sendiri. Era Pencerahan, misalnya,
memahami alam bukan sebagai keberadaan benda-benda fisik tetapi sebagai asal
dan fondasi kebenaran. Ia tidak memperlawankan material dengan spiritual,
istilah itu mencakup bukan hanya alam fisik tetapi juga alam intelektual dan
moral.
Salah satu ciri yang paling menakjubkan dari alam semesta
adalah keteraturan. Benak manusia sejak dulu menangkap keteraturan ini. Terbit
dan tenggelamnya Matahari, peredaran planet-planet dan susunan bintang-bintang
yang bergeser teratur dari malam ke malam sejak pertama kali manusia menyadari
keberadaannya di dalam alam semesta, hanya merupakan contoh-contoh sederhana.
Ilmu pengetahuan itu sendiri hanya menjadi mungkin karena keteraturan tersebut
yang kemudian dibahasakan lewat hukum-hukum matematika. Tugas ilmu pengetahuan
umumnya dapat dikatakan sebagai menelaah, mengkaji, menghubungkan semua
keteraturan yang teramati. Ilmu pengetahuan bertujuan menjawab pertanyaan
bagaimana dan mengapa. Namun khusus untuk kosmologi, pertanyaan ‘mengapa’ ini
di titik tertentu mengalami kesulitan yang luar biasa.
Naturalisme merupakan teori yang menerima “nature” (alam)
sebagai keseluruhan realitas. Istilah “nature” telah dipakai dalam filsafat
dengan bermacam-macam arti, mulai dari dunia fisik yang dapat dilihat oleh
manusia, sampai kepada sistem total dari fenomena ruang dan waktu. Natura
adalah dunia yang diungkapkan kepada kita oleh sains alam. Istilah naturalisme
adalah sebaliknya dari istilah supernaturalisme yang mengandung pandangan
dualistik terhadap alam dengan adanya kekuatan yang ada (wujud) di atas atau di
luar alam.
Aliran filsafat naturalisme didukung oleh tiga aliran besar
yaitu realisme, empirisme dan rasionalisme. Pada dasarnya, semua penganut
naturalisme merupakan penganut realisme, tetapi tidak semua penganut realisme
merupakan penganut naturalisme. Imam Barnadib menyebutkan bahwa realisme
merupakan anak dari naturalisme. Oleh sebab itu, banyak ide-ide pemikiran realisme
sejalan dengan naturalisme. Salah satunya adalah nilai estetis dan etis dapat
diperoleh dari alam, karena di alam tersedia kedua hal tersebut.
Tokoh-tokoh dalam aliran ini adalah sebagai berikut:
1. Plato.
(427 – 347 SM)
Salah satu anasir dasar adalah
perbedaan yang nyata antara gejala (fenomena) dan bentuk ideal (eidos), dimana
plato berpandangan bahwa, disamping dunia fenomen yang kelihatan, terdapat
suatu dunia lain, yang tidak kelihatan yakni dunia eidos. Dunia yang tidak kelihatan itu
tercapai melalui pengertian (theoria). Apa arti eidos dan hubungannya dengan
dunia fenomena bahwa memang terdapat bentuk-bentuk yang ideal untuk segala yang
terdapat dibumi ini. Tetapi asalnya tidak lain daripada dari sumber segala yang
ada, yakni yang tidak berubah dan kekal, yang sungguh-sungguh indah dan baik
yakni budi Ilahi (nous), yang menciptakan eidos-eidos itu dan menyampaikan
kepada kita sebagai pikiran. Sehinnga dunia eidos merupakan contoh dan ideal
bagi dunia fenomena.
2. Aristoteles (384 – 322 SM).
Aristoteles
menyatakan bahwa mahluk-mahluk hidup didunia ini terdiri atas dua prinsip :
a. Prinsip
formal, yakni bentuk atau hakekat adalah apa yang mewujudkan mahluk hidup
tertentu dan menentukan tujuannya.
b. Prinsip
material, yakni materi adalah apa yang merupaakn dasar semua mahluk.
Sesudah mengetahui sesuatu hal menurut kedua prinsip intern
itu pengetahuan tentang hal itu perlu dilengkapi dengan memandang dua prinsip
lain, yang berada diluar hal itu sendiri, akan tetapi menentukan adanya juga.
Prinsip ekstern yang pertama adalah sebab yang membuat, yakni sesuatu yang
menggerakan hal untuk mendapat bentuknya. Prinsip ekstern yang kedua adalah
sebab yang merupakan tujuan, yakni sesuatu hal yang menarik hal kearah
tertentu. Misalnya api adalah untuk membakar, jadi membakar merupakan prinsip
final dari api. Ternyata pandangan tentang prisnip ekstern keuda ini diambil
dari hidup manusia, dimana orang bertindak karena dipengaruhi oleh tujuan
tertentu, pandangan ini diterapkan pada semau mahluk alam. Seperti semua mahluk
manusia terdiri atas dua prinsip, yaitu materi dan bentuk.
Materi adalah badan, karena badan material itu manusia harus
mati, yang memberikan bentuk kepada materi adalah jiwa. Jiwa manusia mempunyai
beberapa fungsi yaitu memberikan hidup vegetatif (seperti jiwa
tumbuh-tumbuhan), lalu memberikan hidup sensitif (seperti jiwa binatang)
akhirnya membentuk hidup intelektif. Oleh karena itu jiwa intelektif manusia
mempunyai hubungan baik dengan dunia materi maupun dengan dunia rohani, maka
Aristoteles membedakan antara bagian akal budi yang pasif dan bagian akal budi
yang aktif. Bagian akal budi yang pasif berhubungan dengan materi, dan bagian
akal budi yang yang aktif berhubungan dengan rohani. Bagian akal budi yang
aktif itu adalah bersifat murni dan Illahi. Akal budi yang aktif menjalankan
dua tugas. Tugas yang pertama adalah memandanf yang Illahi untuk mencari
pengertian tentang mahluk-mahluk menurut bentuknya masing-masing. Tugas yang
kedua dari akal budi manusia yang aktif adalah memberikan bimbingan kepada
hidup praktis. Disini diperlukan sifat keberanian, keadilan dan kesederhanaan.
3. William R. Dennes. (Filsuf Modern)
Beberapa pandangan pandangannya
menyatakan bahwa:
- Kejadian dianggap sebagai ketegori pokok, bahwa kejadian
merupakan hakekat terdalam dari kenyataan, artinya apapun yang bersifat nyata
pasti termasuk dalam kategori alam
- Yang nyata ada pasti bereksistensi, sesuatu yang dianggap
terdapat diluar ruang dan waktu tidak mungkin merupakan kenyataan dan apapun
yang dianggap tidak mungkin ditangani dengan menggunakan metode-metode yang
digunakan dalam ilmu-ilmu alam tidak mungkin merupakan kenyataan
- Analisa terhadap kejadian-kejadian, bahwa faktor-faktor
penyusun seganap kejadian ialah proses, kualitas, dan relasi
- Masalah hakekat terdalam merupakan masalah ilmu, bahwa
segenap kejadian baik kerohanian, kepribadian, dan sebagainya dapat dilukiskan
berdasarkan kategorikategori proses, kualitas dan relasi
- Pengetahuan ialah memahami kejadian-kejadian yang saling
berhubungan, pemahaman suatu kejadian, atau bahkan kenyataan, manakala telah
mengetahui kualitasnya, seginya, susunanya, satuan penyusunnya, sebabnya, serta
akibat- akibatnya.
3. ALIRAN VITALISME
Vitalisme adalah
suatu doktrin yang mengatakan bahwa suatu kehidupan terletak diluar dunia
materi dan karenanya kedua konsep ini, kehidupan dan materi, tidak bisa saling
mengintervensi. Dimana doktrin ini menghadirkan suatu konsep energi, elan
vital, yang menyokong suatu kehidupan dan energi ini bisa disamakan dengan
keberadaan suatu jiwa.
Menurut André
Lalande , vitalisme adalah
'doktrin yang ada dalam setiap hidup menjadi' prinsip penting ', berbeda dari
kedua jiwa berpikir sifat kimia dan fisik badan fenomena kehidupan " .
Jika tidak dapat bingung dengan
vitalisme, mekanisme juga tidak harus diidentifikasi dengan animisme
: animasi tidak hanya membuat masalah untuk hidup, tapi, yang lebih penting, ia
menyerahkan hidup pikir. Les philosophes
d'inspirations vitalistes considèrent au contraire l'activité intellectuelle
comme fondamentalement subordonnée à la "vie". filsuf
Inspirasi vitalis mempertimbangkan bukan kegiatan intelektual pada dasarnya
tergantung pada "hidup".
Pada awal perkembangan filosofi di
dunia medis, konsep energi ini begitu kental sehingga seseorang dinyatakan
sakit karena adanya ketidakseimbangan dalam energi vitalnya. Dalam kebudayaan
barat, yang dikaitkan dengan Hippocrates, energi vital ini diwakilkan dengan
humours; dan dalam budaya timur diwakilkan oleh qi maupun prana
Aliran ini merupakan bantahan terhadap aliran
natiralisme sebab menurut faham vitalisme yang menjadi ukuran baik dan buruk
itu bukan alam tetapi “vitae” atau hidup
(yang sangat diperlukan untuk hidup). Aliran ini terdiri dari dua kelompok
yaitu:
1.
vitalisme pessimistis (negative
vitalistis) dan
2.
vitalisme optimistime.
Kelompok pertama terkenal dengan ungkapan “homo homini
lupus” artinya “manusia adalah serigala bagi manusia yang lain”. Sedangkan
menurut aliran kedua “perang adalah halal”, sebab orang yang berperang itulah
(yang menang) yang akan memegang kekuasaan. Tokoh terkenal aliran vitalisme
adalah F. Niettsche yang banyak memberikan pengaruh.
4.
ALIRAN EKSISTENSIALISME
Dari sudut etimologi eksistensi berasal dari kata eks yang
berarti diluar dan sistensi yang berarti berdiri atau menempatkan, jadi secara
luas eksistensi dapat diartikan sebagai beridir sendiri sebagai dirinya
sekaligus keluar dari dirinya.
Eksistensialisme
merupakan suatu aliran dalam ilmu filsafat yang menekankan pada manusia, dimana
manusia dipandang sebagai suatu mahluk yang harus bereksistensi, mengkaji cara
manusia berada di dunia dengan kesadaran. Jadi dapat dikatakan pusat renungan
eksistensialisme adalah manusia konkret.
Ada beberapa ciri eksistensialisme, yaitu, selalu melihat
cara manusia berada, eksistensi diartikan secara dinamis sehingga ada unsur
berbuat dan menjadi, manusia dipandang sebagai suatu realitas yang terbuka dan
belum selesai, dan berdasarkan pengalaman yang konkret.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa eksistensialisme memandang manusia sebagai suatu yang
tinggi, dan keberadaannya itu selalu ditentukan oleh dirinya, karena hanya
manusialah yang dapat bereksistensi, yang sadar akan dirinya dan tahu bagaimana
cara menempatkan dirinya.
Dan
ilmu-ilmu lain yang berkaitan dengan eksistensialisme ini saya kita ilmu-ilmu
yang berkaitan dengan manusia seperti sosiologi (berkaitan dengan manusia dan
keberadaannya didalam lingkungan sosial), antropologi (berkaitan anatar manusia
dengan lingkungan budayanya)
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yg
pahamnya berpusat pada manusia individu yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas
tanpa memikirkan secara mendalam mana yang benar dan mana yang tidak benar.
Sebenarnya bukannya tidak mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak benar,
tetapi seorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran bersifat relatif, dan
karenanya masing-masing individu bebas menentukan sesuatu yang menurutnya
benar.
Eksistensialisme adalah salah satu
aliran besar dalam filsafat, khususnya tradisi filsafat Barat. Eksistensialisme
mempersoalkan keber-Ada-an manusia, dan keber-Ada-an itu dihadirkan lewat
kebebasan. Dalam studi sekolahan filsafat eksistensialisme paling
dikenal hadir lewat Jean-Paul Sartre, yang terkenal dengan diktumnya "human
is condemned to be free", manusia dikutuk untuk bebas, maka dengan
kebebasannya itulah kemudian manusia bertindak. Pertanyaan yang paling sering
muncul sebagai derivasi kebebasan eksistensialis adalah, sejauh mana kebebasan
tersebut bebas? atau "dalam istilah orde baru", apakah
eksistensialisme mengenal "kebebasan yang bertanggung jawab"? Bagi
eksistensialis, ketika kebebasan adalah satu-satunya universalitas manusia,
maka batasan dari kebebasan dari setiap individu adalah kebebasan individu
lain.
Namun,
menjadi eksistensialis, bukan melulu harus menjadi seorang yang
lain-daripada-yang-lain, sadar bahwa keberadaan dunia merupakan sesuatu yang
berada diluar kendali manusia, tetapi bukan membuat sesuatu yang unik ataupun
yang baru yang menjadi esensi dari eksistensialisme. Membuat sebuah pilihan
atas dasar keinginan sendiri, dan sadar akan tanggung jawabnya dimasa depan
adalah inti dari eksistensialisme.
Contoh: mau
tidak mau kita akan terjun ke berbagai profesi seperti dokter, desainer,
insinyur, pebisnis dan sebagainya, tetapi yang dipersoalkan oleh
eksistensialisme adalah, apakah kita menjadi dokter atas keinginan orang tua,
atau keinginan sendiri.
-
Eksistensialisme adalah
pemberontakan dan protes terhadap rasionalisme dan masyarakat modern, khususnya
terhadap idealisme Hegel.
-
Eksistensialisme adalah
suatu proses atas nama individualis terhadap konsep-konsep, filsafat akademis
yang jauh dari kehidupan konkrit.
-
Eksistensialisme juga
merupakan pemberontakan terhadap alam yang impersonal (tanpa kepribadian) dari
zaman industri modern dan teknologi, serta gerakan massa.
-
Eksistensialisme
merupakan protes terhadap gerakan-gerakan totaliter, baik gerakan fasis,
komunis, yang cenderung menghancurkan atau menenggelamkan perorangan di dalam
kolektif atau massa.
-
Eksistensialisme
menekankan situasi manusia dan prospek (harapan) manusia di dunia.
-
Eksistensialisme
menekankan keunikan dan kedudukan pertama eksistensi, pengalaman kesadaran yang
dalam dan langsung.
-
Salah seorang tokoh
eksistensialisme yang popular adalah Jean Paul Sartre (1905-1980), ia
membedakan rasio dialektis dengan rasio analitis. Rasio analitis dijalankan
dalam ilmu pengetahuan. Rasio dialektis harus digunakan, jika kita berfikir
tentang manusia, sejarah, dan kehidupan sosial.
5. ALIRAN IDEALISME
Idealisme dari bahasa Inggris yaitu Idealism
dan kadang juga dipakai istilahnya mentalisme atau imaterialisme.
idealisme adalah sebuah pokok topik
yang dipegang teguh atau juga terkadang menjadi sebuah batasan pada sudut
pandang seseorang tentang suatu hal, cenderung kepada sebuah kondisi yang
dicita-citakan. Tentu saja dengan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa idealisme
masing-masing orang akan berbeda, tergantung sudut pandangnya terhadap suatu
hal tersebut.
dealisme berasal dari kata “ideal”
dengan tambahan sufiks/akhiran “-isme” yang berasal dari bahasa Yunani kuno
(-ismos) yang memiliki fungsi membentuk kata benda abstrak terhadap suatu
tindakan, keadaan, pemahaman/doktrin. Sedangkan kata ‘ideal’ sendiri memiliki
arti suatu kondisi paling wajar yang dikehendaki atau diinginkan. Contoh yang
paling mudah dari sebuah idealisme biasaya digunakan pada bidang politik, sosial,
dan segala suatu hal yang bersifat pemikiran. Idealisme menurut Kamus Umum
Bahasa Indonesia memiliki arti:
1.
suatu aliran di ilmu filsafat yang
menganggap pikiran atau cita-cita sebagai satu-satunya hal yang benar, yang
dapat dirasakan dan dipahami
2.
hidup atau berusaha hidup menurut
cita-cita (yaitu menurut suatu patokan atau pedoman yang dianggap sempurna)
3.
Sas aliran yg mementingkan khayal atau fantasi untuk
menunjukkan keindahan dan kesempurnaan meskipun tidak sesuai dng kenyataan.
·
Pengertian
Pokok.
Idealisme adalah
suatu ajaran/faham atau aliran yang menganggap bahwa realitas ini terdiri atas
roh-roh (sukma) atau jiwa. ide-ide dan pikiran atau yang sejenis dengan itu.
·
Perkembangan
Idealisme.
Pada
jaman Aufklarung ulama-ulama filsafat yang mengakui aliran serba dua seperti
Descartes dan Spinoza yang mengenal dua pokok yang bersifat kerohanian dan
kebendaan maupun keduanya mengakui bahwa unsur kerohanian lebih penting
daripada kebendaan. Selain itu, segenap kaum agama sekaligus dapat digolongkan
kepada penganut Idealisme yang paling setia sepanjang masa, walaupun mereka
tidak memiliki dalil-dalil filsafat yang mendalam. Puncak jaman Idealiasme pada
masa abad ke-18 dan 19 ketika periode Idealisme. Jerman sedang besar sekali
pengaruhnya di Eropah.
Istilah ini pertama kali digunakan
secara filosofis oleh Leibniz pada mula awal abad ke- 18. Leibniz
memakai dan menerapkan istilah ini pada pemikiran Plato, secara bertolak
belakang dengan materialisme Epikuros. Idealisme ini merupakan kunci
masuk ke hakikat realitas.
·
Beberapa
pengertian Idealisme :
1.
Adanya suatu teori bahwa alam
semesta beserta isinya adalah suatu penjelmaan pikiran.
2.
Untuk menyatakan eksistensi
realitas, tergantung pada suatu pikiran dan aktivitas-aktivitas pikiran.
3.
Realitas dijelaskan berkenaan dengan
gejala-gejala psikis seperti pikiran-pikiran, diri, roh, ide-ide, pikiran
mutlak, dan lain sebagainya dan bukan berkenaan dengan materi.
4.
Seluruh realitas sangat bersifat
mental (spiritual, psikis). Materi dalam bentuk fisik tidak ada.
5.
Hanya ada aktivitas berjenis pikiran dan isi
pikiran yang ada. dunia eksternal tidak bersifat fisik.
·
Pandangan
beberapa filsuf mengenai Idealisme.
1.
Schelling memberikan nama Idealisme
subyektif pada filsafat Fichte, dengan alasan bahwa dalam Fichte dunia
merupakan postulat subyek yang memutuskan.
2.
Idealisme obyektif adalah nama
yang diberikan oleh Schelling pada pemikiran filsafatnya. Menurutnya,
alam adalah inteligensi yang kelihatan. Hal tersebut menunjukkan semua
filsafat yang mengindentikkan realitas dengan ide, akal atau roh.
3.
Hegel menerima
klasifikasi Schelling, dan mengubahnya menjadi idealisme absolut
sebagai sintesis dari pandangan idealisme subyektif (tesis) dan obyektif
(antitesis).
4.
Idealismetransendental adalah
pandangan dan penyebutan dari Immanuel Kant. Sering disebut juga disebut
sebagai idealisme kritis. Pandangan ini mempunyai alternatif yaitu isi dari
pengalaman langsung tidak dianggap sebagai benda dalam dirinya sendiri,
sedangkan ruang dan waktu merupakan forma intuisi kita sendiri
5.
Idealisme epistemologis merupakan
suatu keputusan bahwa kita membuat kontak hanya dengan ide-ide atau pada
peristiwa manapun denga entitas-entitas psikis.
6.
Idealisme personal adalah
sisitim filsafat Howison dan Bowne.
7.
Idealisme voluntarisme
dikembangkan oleh Fouilee dalam suatu sistim yang melibatkan tenaga
pemikiran.
8.
Idealisme teistik pandangan
dan sistim filsafat dari Ward.
9.
Idealisme monistik adalah penyebutan
dan sistim filsafat dari Paulsen.
10.
Idealisme etis adalah
pandangan filsafat yang dianut oleh Sorley dan Messer.
11.
Idealisme Jerman, pemicunya
adalah Immanuel Kant dan dikembangkan oleh penerus-penerusnya. Idealisme
merupakan pembaharuan dari Platonis, karena para pemikir melakukan
terobosan-terobosan filosofis yang sangat penting dalam sejarah manusia, hanya
dalam tempo yang sangat singkat, yaitu 40 tahun (1790- 1830) dan gerakan
intelektual ini mempunyai kedalaman dan kekayaan berpikir yang tiada bandingnya.
6. ALIRAN MARXISME
Marxisme dalam perkembangannya setelah Marx dan
Engels berkembang menjadi 3 kekuatan besar ideologi dunia yang menyandarkan
dirinya pada pemikiran-pemikiran Marx. Ketiga ideologi itu adalah :
(1). Komunisme, yang kemudian dikembangkan oleh Lenin menjadi ideologi Marxisme-Leninisme yang saat ini menjadi pegangan
mayoritas kaum komunis sedunia;
(2). Sosialisme Demokrat,
yang pertama kali dikembangkan oleh Eduard Bernstein dan berkembang di Jerman dan kemudian berkembang menjadi
sosialis yang berciri khas Eropa;
(3) . Neomarxisme dan Gerakan Kiri Baru, yang
berkembang sekitar tahun 1965-1975 di universitas-universitas di Eropa.
Walaupun
demikian, ajaran Marx tidak hanya berkutat pada ketiga aliran besar itu karena
banyak sekali sempalan-sempalan yang memakai ajaran Marx sebagai basis ideologi
dan perjuangan mereka. Aliran lain yang berkembang serta juga memakai Marx
sebagai tolak pikirnya adalah Anarkisme.
Walaupun
demikian anarkisme dan Marxisme berada dipersimpangan jalan dalam memandang
masalah-masalah tertentu. Pertentangan mereka yang paling kelihatan adalah
persepsi terhadap negara. Anarkisme percaya bahwa negara mempunyai sisi buruk
dalam hal sebagai pemegang monopoli kekuasaan yang bersifat memaksa.
Pierre-Joseph
Proudhon, adalah pemikir yang mempunyai pengaruh jauh lebih besar
terhadap perkembangan anarkisme; seorang penulis yang betul-betul berbakat dan ‘serba tahu’ dan merupakan tokoh yang dapat
dibanggakan oleh sosialisme modern. Proudhon sangat menekuni kehidupan
intelektual dan sosial di zamanya, dan kritik-kritik sosialnya didasari oleh
pengalaman hidupnya itu. Di antara pemikir-pemikir sosialis di zamannya, dialah
yang paling mampu mengerti sebab-sebab penyakit sosial dan juga merupakan
seseorang yang mempunyai visi yang sangat luas. Dia mempunyai keyakinan bahwa
sebuah evolusi dalam kehidupan intelektual dan sosial menuju ke tingkat yang
lebih tinggi harus tidak dibatasi dengan rumus-rumus abstrak.
7. ALIRAN KOMUNISME
Komunisme adalah sebuah ideologi.
Penganut paham ini berasal dari Manifest
der Kommunistischen yang
ditulis oleh Karl Marx dan Friedrich
Engels, sebuahmanifesto politik
yang pertama kali diterbitkan pada 21 Februari 1848 teori mengenai komunis sebuah analisis
pendekatan kepada perjuangan
kelas (sejarah dan
masa kini) dan ekonomi kesejahteraan yang kemudian pernah menjadi salah
satu gerakan yang paling berpengaruh dalam dunia politik.
Komunisme
pada awal kelahiran adalah sebuah koreksi terhadap paham kapitalisme di awal abad ke-19,
dalam suasana yang menganggap bahwa kaum buruhdan pekerja tani hanyalah bagian dari produksi dan yang lebih mementingkan kesejahteraan ekonomi.
Akan tetapi, dalam perkembangan selanjutnya, muncul beberapa faksi internal dalam komunisme antara penganut komunis
teori dan komunis revolusioner yang masing-masing mempunyai teori dan cara
perjuangan yang berbeda dalam pencapaian masyarakat sosialis untuk menuju dengan apa yang
disebutnya sebagai masyarakat utopia.
Indonesia dan Komunis :
Indonesia pernah menjadi salah satu kekuatan
besar komunisme dunia. Kelahiran PKI pada tahun 1920an adalah kelanjutan fase
awal dominasi komunisme di negara tersebut, bahkan di Asia. Tokoh komunis
nasional seperti Tan Malaka misalnya. Ia menjadi salah satu tokoh
yang tak bisa dilupakan dalam perjuangan di berbagai negara seperti di Cina, Indonesia, Thailand, dan Filipina. Bukan
seperti Vietnam yang mana perebutan kekuatan komunisme
menjadi perang yang luar biasa. Di Indonesia perubuhan komunisme juga terjadi
dengan insiden berdarah dan dilanjutkan dengan pembantaian yang banyak menimbulkan korban jiwa.
Dan tidak berakhir disana, para tersangka pengikut komunisme juga diganjar eks-tapol oleh pemerintahan Orde Baru dan mendapatkan pembatasan dalam
melakukan ikhtiar hidup mereka.
8. ALIRAN GESSINGNUNGSETHIK
Diprakarsai oleh Albert Schweitzer, seorang ahli Teolog, Musik,
Medik, Filsuf, dan Etika. Yang terpenting menurut aliran ini adalah
“penghormatan akan kehidupan”, yaitu sedapat mungkin setiap makhluk harus
saling menolong dan berlaku baik. Ukuran kebaikannya adalah “pemelihataan akan
kehidupan”, dan yang buruk adalah setiap usaha yang berakibat kebinasaan dan
menghalangi‐halangi
hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar