1. Hedonisme (Paham Kebahagianan)
a.
Pengertian
Hedonisme yang berasal dari bahasa
Yunani Hedone yang
berarti kesenangan atau kenikmatan. Dalam kamus Collins Gem
(1993) dinyatakan bahwa hedonisme adalah doktrin yang menyatakan bahwa
kesenangan adalah hal yang paling penting dalam hidup. Atau hedonisme adalah
paham yang dianut oleh orang-orang yang mencari kesenangan hidup semata-mata
(Echols,2003) .
Pengajaran atau konsep moral dari
Hedonisme adalah menyamakan kebaikan
dengan kesenangan.Jadi semua kesenangan dan kenikmatan secara fisik
selalu membawa kebaikan. Pandangan hidup ini mengajarkan pada pengikut atau
mereka yang siap mengikutinya bahwa
pemujaan terhadap kesenangan dan kenikmatan dunia harus dikejar, dan itulah
tujuan hidup yang paling hakiki bagi manusia. Pandangan hidup seperti
inilah yang sekarang ini banyak dan hampir semua umat manusia meng-amininya dan
menjadikannya sebagai tolok ukur dalam gaya
hidup.
Ada tiga sudut pandang dari faham ini yaitu:
1. hedonisme individualistik/egostik
hedonism yang menilai bahwa jika suatu keputusan baik bagi
pribadinya maka disebut baik, sedangkan jika keputusan tersebut tidak baik maka
itulah yang buruk;
2. hedonisme
rasional/rationalistic hedonism yang berpendapat bahwa kebahagian atau
kelezatan individu itu haruslah berdasarkan pertimbangan akal sehat; dan
3. universalistic hedonism
yang menyatakan bahwa yang menjadi tolok ukur apakah suatu perbuatan itu baik
atau buruk adalah mengacu kepada akibat perbuatan itu melahirkan kesenangan
atau kebahagiaan kepada seluruh makhluk.
b. Baik
dan buruknya
Para Hedonis berpendapat bahwa ukuran dari makmur
atau tidaknya suatu kehidupan, bahagia atau tidaknya suatu kehidupan seorang
manusia, hanya dapat diidentifikasi dengan kesenangan materi semata. Mereka
ingin memenuhi keakuannya untuk mendapatkan kenikmatan. Apapun akan mereka
lakukan untuk mengejar kenikmatan tersebut tanpa adanya rasa putus asa. Hal
yang menjadi aspek positif (aspek baiknya) atau nilai jual tinggi terhadap
Hedonisme. Yaitu memiliki semangat kerja yang tinggi dan etos kerjanya yang
tinggi. Jadi para hedonis ini disamping hanya untuk mengejar kenikmatan tetapi
mempunyai semangat kerja yang tinggi.
Dari sisi Negatifnya (buruknya) yaitu dihindarinya segala
sesuatu yang dapat memicu untuk menimbulkan rasa yang kedepannya menghasilkan
atau mengarah kepada pengurangan kenikmatan atau rasa sakit. Serasa mereka para
penganut Hedonisme ingin lari dari kesusahan.
c. Tokoh
Hedonisme
Tokoh penganut ajaran Hedonisme yaitu diantaranya
Sokrates, Aristippus, dan Epikuros. Aristippus menyetujui pendapat Sokrates
bahwa keutamaan adalah mencari "yang baik". Akan tetapi, ia
menyamakan "yang baik" ini dengan kesenangan "hedone".
Menurutnya, akal (rasio) menusia harus memaksimalkan kesenangan dan
meminimalkan kesusahan. Hidup yang baik berkaitan dengan kerangka rasional
tentang kenikmatan.
Epikuros menitikberatkan persoalan kenikmatan. Apa
yang baik adalah segala sesuatu yang mendatangkan kenikmatan, dan apa yang
buruk adalah segala sesuatu yang menghasilkan ketidaknikmatan.
d.
Contoh
Kasusnya
Contohnya yaitu kehidupan remaja dimana Remaja
sangat antusias terhadap adanya hal yang baru. Gaya hidup hedonis sangat
menarik bagi mereka. Daya pikatnya sangat luar biasa, sehingga dalam waktu
singkat munculah fenomena baru akibat paham ini.Fenomena yang muncul, ada
kecenderungan untuk lebih memilih hidup enak, mewah, dan serbakecukupan tanpa
harus bekerja keras. Titel “remaja yang gaul dan funky ” baru melekat bila
mampu memenuhi standar tren saat ini.Yaitu minimal harus mempunyai handphone,
lalu baju serta dandanan yang selalu mengikuti mode. Beruntung bagi mereka yang
termasuk dalam golongan berduit, sehingga dapat memenuhi semua tuntutan
kriteria tersebut.Akan tetapi bagi yang tidak mampu dan ingin cepat seperti
itu, pasti jalan pintaslah yang akan diambil. Tidaklah mengherankan, jika saat
ini muncul fenomena baru yang muncul di sekitar kehidupan kampus..Misalnya
adanya “ayam kampus” ( suatu pelacuran terselubung yang dilakukan oknum
mahasiswi ), karena profesi ini dianggap paling enak dan gampang menghasilkan
uang untuk memenuhi syarat remaja gaul dan funky.
2.
Pragmatisme
a.
Pengertian
Pragmatisme adalah aliran pemikiran yang memandang
bahwa benar tidaknya suatu ucapan, dalil, atau teori, semata-mata bergantung
kepada berfaedah atau tidaknya ucapan, dalil, atau teori tersebut bagi manusia
untuk bertindak dalam kehidupannya. Ide ini merupakan budaya dan tradisi
berpikir Amerika khususnya dan Barat pada umumnya, yang lahir sebagai
sebuah upaya intelektual untuk menjawab problem-problem yang terjadi pada awal
abad ini.
Pragmatisme adalah aliran filsafat yang
mengajarkan bahwa yang benar adalah segala sesuatu yang membuktikan dirinya
sebagai benar dengan melihat kepada akibat-akibat atau hasilnya yang bermanfaat
secara praktis. Dengan demikian, bukan kebenaran objektif dari pengetahuan yang
penting melainkan bagaimana kegunaan praktis dari pengetahuan kepada
individu-individu.
Dasar dari pragmatisme adalah logika pengamatan,
di mana apa yang ditampilkan pada manusia dalam dunia nyata merupakan fakta-fakta individual,
konkret, dan terpisah satu sama lain. Dunia ditampilkan apa adanya dan
perbedaan diterima begitu saja. Representasi realitas yang muncul di pikiran
manusia selalu bersifat pribadi dan bukan merupakan fakta-fakta umum. Ide menjadi benar ketika
memiliki fungsi pelayanan dan kegunaan. Dengan demikian, filsafat pragmatisme
tidak mau direpotkan dengan pertanyaan-pertanyaan seputar kebenaran, terlebih
yang bersifat metafisik,
sebagaimana yang dilakukan oleh kebanyakan filsafat
Barat di dalam sejarah.
b.
Baik dan
buruknya
Kebaikan dalam aliran ini yaitu Meskipun berbeda-beda penekanannya,
tetapi ketiga pemikir utama Pragmatisme menganut garis yang sama, yakni
kebenaran suatu ide harus dibuktikan dengan pengalaman. Demikianlah Pragmatisme
berkhotbah dan menggurui dunia, bahwa yang benar itu hanyalah yang mempengaruhi
hidup manusia serta yang berguna dalam praktik dan dapat memenuhi kebutuhan
manusia. Keburukan dari aliran ini yaitu adanya pemahaman yang berbeda-beda
mengenai suatu kebenaran itu dan merupakan suatu permasalahan yang harus
dipecahkan bersama.
c.
Tokoh
Pragmatisme (dari bahasa Yunani:
pragma, artinya yang dikerjakan, yang dilakukan, perbuatan, tindakan) merupakan
sebutan bagi filsafat yang dikembangkan oleh William James (1842 - 1910) di
Amerika Serikat. Menurut filsafat ini, benar tidaknya suatu ucapan, dalil atau
teori semata-mata bergantung pada manusia dalam bertindak. Istilah pragmaticisme
ini diangkat pada tahun 1865 oleh Charles S. Pierce (1839-1914) sebagai doktrin
pragmatisme. Doktrin dimaksud selanjutnya diumumkan pada tahun 1978.
Diakui atau tidak, paham pragmatisme menjadi sangat berpengaruh dalam
pola pikir bangsa Amerika Serikat. Pengaruh pragmatisme menjalar di segala
aspek kehidupan, tidak terkecuali di dunia pendidikan. Salah satu tokoh sentral
yang sangat berjasa dalam pengembangan pragmatisme pendidikan adalah John Dewey
(1859 - 1952). Pragmatisme Dewey merupakan sintensis pemikiran-pemikiran
Charles S. Pierce dan William James. Dewey mencapai popularitasnya di bidang
logika, etika epistemologi, filsafat politik, dan pendidikan.
d.
Contoh Kasus
Aliran Pragmatisme berguna dalam bidang pendidikan dimana mengajar
tentang sesuatu yang benar, dan mencari suatu kebenaran sesuai dengan
perkembangan zaman.
3.
Utilitarianisme
a.Pengertian
Utilitarianisme
atau Utilisme adalah aliran yang meletakkan kemanfaatan sebagai tujuan utama
hukum, kemanfaatan diartikan sebagai kebahagiaan. Aliran ini dapat dimasukkan
dalam Positivisme hukum.
b. Baik dan buruknya
Kebaikannya yaitu memberikan Sumbangan
terbesarnya terletak dalam bidang kejahatan dan pemidanaan. Dalilnya adalah,
bahwa manusia itu akan berbuat dengan cara sedemikian rupa sehingga ia mendapatkan kenikmatan yang
sebesar-besarnya dan menekan serendah-rendahnya penderitaan. Standar penilaian
yang di pakai adalah “apakah suatu tindakan menghasilkan kebahagiaan”
Kelemahan
atau keburukannya Tidak hanya pendapat tentang keadilan yang mendapatkan sorotan
dari berbagai pihak, teori kemanfaatan hukum juga mendapatkan kritikan.
Terutama yang berkenaan dengan bagaimana hubungan pencapaian kebahagiaan
individu dan pencapaian kebahagiaan umum pada saat yang bersamaan. Kebahagiaan
bersama akan tercapai dengan sendirinya apabila kebahagiaan individu sudah
diwujudkan.
c. Tokoh
1. Jeremi
Bentham (1748-1832) Bentham berpendapat Tugas hukum adalah memelihara kebaikan
dan mencegah kejahatan. Menurutnya, untuk menyeimbangkan antar kepentingan
(individu dan masyarakat) harus ada simpati dari tiap-tiap individu demi
mewujudkan kesejahteraan masyarakat secara simultan. Kekurangan pemikiran
Bentham, antara lain;
a. Rasiolismenya
yang abstrak dan doktriner mencegahnya melihat individu sebagai keseluruhan
yang komplek.
b. kegagalannya
menjelaskan konsepsinya mengenai keseimbangan antara kepentingan individu
dengan masyarakat.
2. John Stuart
Mill (1806-1873) Menurutnya tujuan manusia adalah kebahagiaan. Peran Mill dalam
ilmi hukum adalah terletak pada penyelidikannya mengenai hubungan antar
keadilan, kegunaan, kepentingan individu dan kepentingan umum. Ia menolak
pemikiran Bentham yang berpendapat bahwa antar kepentingan pribadi dengan umum
tidak ada pertentangan.
3. Rudolf Von
Jhering (1818-1892)
Teori Jhering
merupakan gabungan antara teori bentham, Stuart Mill dan Positivisme hukum dari
John Austin. Jhering berpendapat mengenai sistem hukum suatu Negara bahwa
senantiasa terdapat asiminasi dari unsur-unsur yang mempengaruhinya, demikian
halnya kebudayaan antar bangsa terdapat asimilasi pandangan-pandangan dan
kebiasaan-kebiasaan. Menurut Jhering tujuan hukum adalah untuk melindungi
kepentingan-kepentingan. Ia mendefinikan kepentingan seperti halnya Bentham,
yakni mengejar kesenangan dan menghindari penderitaan, tapi kepentingan
individu dijadikan sebagai tujuan social.
d. Contoh Kasusnya
jika di
Indonesia memiliki industri textile yang dimana tenaga kerjanya berjumlah
kurang lebih 10000 orang, dan untuk menyelamatkan 10000 orang pekerja tersebut
dari PHK,maka pemerintah mengenakan tariff $5 untuk dikenakan pada pakaian
import yang dimana katakanlah kurang lebih 100juta orang yang lebih menyukai
pakaian import dibandingkan industri local, hal tersebut melanggar etika
utilitarian, karena dilihat proporsi terbesar, minat terhadap pakaian import
lebih banyak dibandingkan dengan pekerja yuang berjumlah 10000 orang.
4. Aliran
Eudemonisme
a. Pengertian
eudemonisme berasal dari kata yunani
‘eudaimonia’ yang secara harafiah berarti mempunyai roh pengawal (demon) yang
baik, artinya mujur dan beruntung. Kata ini menggambarkan perasaan senang
terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan, sebagai akibat pengetahuan
mengenai penyelarasan diri. Orang yang telah mencapai tingkatan ‘eudemonia’
mempunyai keinsyafan akan kepuasan yang sempurna tidak hanya jasmani, melainkan
juga secara rohani. Pemahaman ini terjelma dalam sistem yang telah lanjut
perkembangannya, namun juga sebagai keyakinan bahwa manusia hidup di dunia
untuk berbahagia. Mereka mencari tujuan hidup pada keadaan yang terdapat dalam
dirinya sendiri, yang tidak ia kuasai atau hanya sebagian kecil yang
dikuasainya.
b.
Baik dan buruknya
Kebaikannya Pemahaman
ini Manusia mencapai
kebahagiaan dengan menjalankan secara paling baik kegiatan-kegiatan
rasionalnya.
Keburukannya yaitu Kita tidak merasa
percaya diri sebaiknya kita juga harus berbangga pada diri
sendiri ,maupoun lingkunagn kita sebagai akibat penyelarasan diri.
c. Tokoh
Tokoh dari paham ini yaitu Aristoteles Eudemonisme adalah suatu konsep etika yang
dilahirkan Aristoteles dengan menitiktekankan “kebahagiaan” sebagai tujuan
tertinggi hidup manusia. Perlu diingat, kebahagiaan dalam pemahaman Ariatoteles–serta pada umumnya (untuk tidak dikatakan
seluruhnya) filsuf Yunani pada masa itu tak sama dengan apa yang dipahami
mengenai kebahagiaan dalam arti sekedar “feeling happy” seperti
kebanyakan pemahaman orang saat ini, atau pun seperti bagaimana Hedonisme
memandangnya. Kebahagiaan ala Aristoteles adalah suatu keadaan manusia di mana “yang seharusnya ada” memang “ada
padanya”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar